BAB II
PEMBAHASAN
A.
Rangka
Tubuh Manusia
Tubuh dapat
berdiri tegak karena ditunjang oleh rangka. Karena letaknya di dalam tubuh maka
disebut rangka dalam (endoskeleton). Pada hewan berbuku-buku seperti serangga,
udang, dan kepiting, rangka terletak di luar tubuh sehingga disebut rangka luar
(eksoskeleton) yang wujudnya berupa kulit yang mengeras.
Rangka tubuh
manusia disusun oleh tiga jenis jaringan, yaitu jaringan tulang keras, jaringan
tulang rawan, dan jaringan ikat sendi (ligamen). Tulang penyusun rangka kurang
lebih berjumlah 206. Jumlah yang pasti ditentukan oleh umur. Rangka bayi yang
baru lahir dibentuk oleh 250 buah tulang. Kemudian dalam perkembangan lebih
lanjut ada sejumlah tulang yang tumbuh menjadi satu. Tulang merupakan jaringan
yang hidup. Ia dapat tumbuh dan memerlukan makanan. Penyusunnya terdiri dari
sel-sel tulang, zat kapur (kalsium), fosfor, dan zat perekat (collagen).
Pada tulang
keras (biasanya disebut tulang saja), terdapat lebih banyak zat kapur karena
itu bersifat keras. Sedangkan tulang rawan, mengandung lebih banyak zat perekat
sehingga lebih lentur. Tulang rawan, banyak tumbuh menjadi tulang. Pada orang
dewasa, tulang rawan ditemukan pada cuping hidung, daung telinga dan sambungan
antara tulang dada dengan tulang rusuk. Tulang rawan tidak dilalui oleh
pembuluh darah
Ikat sendi
merupakan suatu jaringan yang kuat tapi lentur. Fungsinya menghubungkan tulang
yang satu dengan tulang yang lain.
1.
Guna Rangka
Secara umum rangka
berguna untuk :
a. Untuk
menegakkan tubuh serta menentukan bentuk tubuh.
b. Melindungi
jaringan lunak yang mudah rusak, misalnya jantung, otak, hati, paru dan
jaringan saraf tulang belakang.
c. Tempat
melekatnya otot-otot rangka.
d. Tempat
pembentukan sel-sel darah merah, keping darah dan sel darah putih.
e. Bersama-sama
dengan otot merupakan alat gerak. Rangka disebut alat gerak pasif sedangkan
otot disebut alat gerak aktif.
f. Tempat
menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfor.
2.
Susunan Rangka Tubuh Manusia
Tulang penyusun
rangka tubuh dapat dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok tulang
penyusun rangka kepala (tengkorak), kelompok tulang penyusun rangka badan dan
kelompok tulang penyusun rangka anggota gerak (tangan dan kaki).
a. Rangka
Kepala
Rangka
kepala dapat dibagi menjadi tulang tengkorak (cranial) yang melindungi otak dan
tulang wajah (fasial). Tulang tengkorak tersusun dari 8 tulang yang kuat dan
rata dengan sisi berbentuk zig-zag. Tulang-tulang yang dimaksud adalah :
1) Tulang
dahi (frontal) (1buah)
2) Tulang
ubun-ubun (pariental) (2 buah)
3) Tulang
tengkorak belakang (occipital) (1
buah)
4) Tulang
baji (sphensid) (2
buah)
5) Tulang
pelipis (temporal) (2
buah)
Ketika dilahirkan tulang-tulang ini
tidak menyatu sehingga kepala sedikit lentur dan dapat melewati saluran lahir Ibu
dengan lebih mudah. Tulang-tulang itu disatukan oleh lapisan jaringan ikat yang
disebut jaringan jahit (sutura), yang secara berangsur-angsur berubah menjadi
tulang. Daerah tempat bersatunya disebut sendi tetap.
Tulang
wajah tersusun dari 14 tulang, yaitu sebagai berikut:
1) Tulang
rahang atas (maxilla) (2
buah)
2) Tulang
rahang bawah (mandibula) (2
buah)
3) Tulang
pipi dengan lengkung pipi (zyapromaties) (2
buah)
4) Tulang
langit-langit (palatun) (2
buah)
5) Tulang
hidung (nasal) (2
buah)
6) Tulang
air mata (laerimal) (2
buah)
7) Tulang
mata bajak (1
buah)
8) Tulang
lidah (1
buah)
Tulang
rahang atas maupun rahang bawah
ditumbuhi gigi. Dua tulang rahang atas membentuk langit-langit, dasar lubang
mata, dan rongga hidung. Tulang rahang bawah terbagi dua ketika lahir dan
menyatu setelah kira-kira satu tahun. Tulang ini merupakan satu-satunya tulang
kepala yang dapat bergerak bebas. Gunanya untuk menggigit dan mengunyah
makanan. Gerakannya naik turun dan bergeser kedua sisi.
b. Rangka
Badan
Rangka
badan berfungsi sebagai pelindung organ-organ tubuh yang terletak dalam rongga
badan, misalnya jantung dan paru. Rangka badan tersusun oleh tulang belakang,
tulang dada, tulang rusuk, gelang bahu, dan gelang pinggul.
Tulang
belakang merupakan sumbu dari badan dan berhubungan dengan tengkorak. Tulang
ini sering disebut tulang punggung (vertebral column) atau tulang pendukung
pusat tubuh (spiral column). Jumlah tulang belakang ada 33 yang disebut ruas
tulang punggung (vertebra), yang terbagi menjadi :
1) Tulang
leher (7 ruas), ruas yang pertama disebut tulang atlas, tulang ini berbentuk
khusus sehingga sesuai untuk perputaran kepala. Tulang yang kedua disebut
tulang pemutar.
2) Tulang
punggung (12 ruas), ruas-ruas tulang punggung lebih kecil dan sulit digerakkan.
Pada masing-masing ruasnya melekat tulang rusuk.
3) Tulang
pinggang (5 ruas)
4) Tulang
kelangkang (5 ruas)
5) Tulang
ekor (4 ruas)
Masing-masing ruas tulang belakang terbuat dari
tulang spons yang berisi sumsum tulang merah dan dikelilingi lapisan tulang
kompak yang tipis. Tonjolan tulang menghubungkan ruas yang satu dengan ruas
lainnya dan ditahan di tempat oleh otot, tendon, dan ligamen. Di antara
ruas-ruas tulang belakang terdapat suatu jaringan tulang rawan yang keras dan
lentur. Keseluruhan tulang belakang melengkung seperti huruf S. Tulang belakang
sangat kuat sehingga dapat menegakkan tubuh dan menopang kepala yang berat,
pada saat yang sama cukup lentur untuk membungkuk dan meliuk.
Tulang dada
bentuknya pipih agak lebar, panjangnya kira-kira 15 sampai 20 cm, pada bagian
bawah agak mengecil. Tulang ini berhubungan denga tulang selangka dan tulang
rusuk. Tulang dada dapat dibedakan menjadi :
1) Tulang
hulu (manubrium);
2) Tulang
badan (corpus); dan
3) Pedang-pedangan
(tonjolan xiphoid).
Tulang rusuk berbentuk pipih panjang dan
membentuk sangkar. Jumlahnya 12 pasang. Tulang ini bergabung dengan ruas tulang
punggung, lalu melengkung ke luar dan melingkar ke tubuh bagian depan. Tulang
rusuk dapa dirinci sebagai berikut :
1) Tulang
rusuk sejati (7 pasang), tulang rusuk ini disatukan ke tulang dada oleh tulang
rawan;
2) Tulang
rusuk palsu (3 pasang), tiga pasang tulang rusuk tidak langsung dihubungkan ke
tulang dada tetapi terlebih dahulu disatukan ileh tulang rawan;
3) Tulang
rusuk melayang (2 pasang), dinamai demikian karena kedua pasang tulang rusuk
ini tidak dihubungkan dengan tulang dada atau tulang rusuk yang lain.
Tulang
gelang bahu merupakan tempat persendian dengan bahu (lengan atas) yang terdiri
dari :
1) Tulang
selangka atau clavicula (2 buah),
bentuknya seperti huruf S
2) Tulang
belikat atau scapula (2 buah),
berupa tulang pipih yang mempunyai tonjolan sehingga disebut tulang paruh
gagak.
Tulang
gelang panggul, merupakan tempat persendian dengan tulang paha. Tulang gelang
panggul dapat dirinci sebagai berikut :
1) Tulang
usus (2 buah)
2) Tulang
duduk (2 buah)
3) Tulang
kemaluan (2 buah)
c. Rangka
Anggota Gerak
Tulang
anggota gerak berupa tulang pipa dan tulang pendek yang berhubungan satu sama
lainnya dengan perantaraan persendian. Fungsi utamanya untuk bergerak sehingga
diberi nama tulang anggota gerak.
Rangka
anggota gerak, dapat dirinci menjadi rangka anggota gerak atas dan rangka
anggota gerak bawah. Rangka anggota gerak atas terdiri dari :
1) Tulang
lengan atas (2
buah)
2) Tulang
hasta (2
buah), searah dengan kelingking
3) tulang
pengumpil (2
buah), searah dengan ibu jari
4) tulang
pergelangan tangan (16 buah),
masing-masing tangan 8 buah
5) tulang
telapak tangan (10
buah), masing-masing tangan 5 buah
6) tulang
jari (28
buah), masing-masing jari 3 ruas kecuali ibu jari 2 ruas.
Rangka anggota gerak
bawah terdiri atas :
1) tulang
paha (2
buah)
2) tulang
betis (2
buah)
3) tulang
kering (2
buah)
4) tulang
tempurung lutut (2 buah)
5) tulang
pergelangan kaki (14
buah), yang terbesar tulang tumit
6) tulang
telapak kaki ( 10
buah)
7) tulang
jari kaki (
28 buah), seperti halnya ibu jari tangan, ibu jari kaki hanya memiliki 2 ruas,
sedangkan jari yang lainnya 3 ruas.
3.
Bentuk dan Struktur Tulang
Tulang terdiri
dari sel-sel hidup yang mendapatkan makanan dari pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan tulang dapat terus tumbuh sampai mencapai ketinggian yang maksimal.
Dan memungkinkan juga untuk diperbaiki apabila rusak atau patah.
Beberapa tulang
berisi substansi yang disebut sumsum tulang, di dalam sumsum inilah sel darah
merah dan sel darah putih dibentuk. Selain itu, mineral, fosfor dan kalsium
juga disimpan dalam tulang dan dapat diambil apabila tubuh memerlukannya.
a. Bentuk
Tulang
Tulang
mulai berkembang dalam janin selama minggu pertama masa kehamilan. Pada
awalnya, sebagian besar tulang merupakan tulang rawan. Ketika bayi tumbuh,
tulang rawan secara berangsur-angsur diganti dengan jaringan ikat yang mengeras
dan akhirnya menjadi tulang. Proses yang disebut osifikasi ini terus
berkembang sampai kira-kira umur 20 tahun. Tengkorak dan tulang rahang tidak
berkembang dari tulang rawan, tetapi dari osifikasi jaringan lunak.
Seorang bayi yang baru lahir memiliki lebih banyak tulang dari
pada orang dewasa. Beberapa tulang kemudian akan menyatu ketika ia tumbuh.
Tulang bayi lentur dan lunak, tetapi akan menjadi lebih kuat dan lebih keras
apabila serat di dalamnya telah dikelilingi endapan kalsium yang keras.
Pertumbuhan tulang terjadi di sekitar tulang rawan yang bertindak sebagai pusat
pembentukan tulang.
Menurut
bentuknya tulang dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1)
Tulang pipa, bentuknya seperti pipa dan
di dalamnya berisi sumsum kuning. Contohnya, tulang paha, tulang kering, dan
tulang lengan atas.
2)
Tulang pipih, bentuknya pipih dan berisi
sumusum merah.
Contohnya, tulang dada,
tulang rusuk, tulang belikat dan tulang panggul.
3)
Tulang pendek, bentuknya pendek, di
dalamnya berisi sumsum merah.
Contohnya,
tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki, ruas-ruas tulang belakang dan
tulang-tulang jari tangan atau kaki.
b. Struktur
Tulang
Bagian
terluar dari tulang diliputi oleh periosteum, yaitu lapisan jaringan pengikat
yang kuat. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot dan mengandung banyak pembuluh
darah yang memberikan makanan bagi tulang. Jaringan tersebut menyelubungi semua
permukaan tulang, kecuali pada bagian tulang rawan yang mengubungkan tulang
dengan sendi.
Di
bawah periosteum terdapat lapisan jaringan padat disebut tulang kompak. Irisan
jaringan ini jika kita amati di bawah mikroskop, akan terlihat banyak kelompok
yang terdiri dari lingkaran-lingkaran yang berlapis-lapis. Tiap lapisan-lapisan
lingkaran itu mengeliling suatu saluran kecil yang disebut saluran Havers. Saluran ini berisi pembuluh darah dan saraf.
Sel-sel tulang (osteosit) melekat
dalam kerangka keras yang berupa lingkaran-lingkaran tersebut. Lingkaran
tersebut terbuat dari serat kolagen
dan di perkuat oleh mineral yang mengandung kalsium
karbonat dan kalsium fosfat. Di
sebelah dalam dari tulang kompak terdapat lapisan
jaringan tulang spons. Pada tulang spons ini terdapat garis tulang (trabecula) yang tersusun untuk menahan
berat dan tekanan.
Pada
tulang pipa, setelah lapisan jaringan tulang spons terdapat lubang. Walaupun sedikit,
lubang ini memengaruhi kekuatannya, serta membuat tulang pipa menjadi lebih
ringan. Pada bayi dan anak-anak rongga tulang spons dan lubang pada tulang pipa
berisi sumsum merah. Sumsum ini sangat penting, sebab disinilah sel darah
merah, keping darah dan sebagian sel darah putih dihasilkan. Sejalan dengan
pertambahan usia, sebagian dari sumsum merah tersebut berubah menjadi sumsum
lemak kuning. Pada orang dewasa, sumsum merah hanya ditemukan pada ujung atas
tulang lengan atas, dan tulang paha atas, bagian tengkorak, ruas tulang
belakang, rusuk, tulang dada dan tulang usus. Tubuh kita mengatur produksi sel
darah sesuai dengan kebutuhan. Apabila terserang penyakit, tubuh memproduksi
sel darah putih lebih banyak untuk memeranginya.
4.
Hubungan Antar Tulang
Antartulang dalam tubuh
berhubungan satu dengan yang lain agar dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Hubungan antartulang itu disebut persendian (artikulasi).
Berdasarkan keleluasaan
gerakan yang dihasilkan, ada tiga jenis persendian, yaitu:
a.
Sinartrosis (sendi
mati) adalah persendian yang tidak dapat
digerakkan karena terbentuk dari hubungan antar tulang yang erat, misalnya
hubungan antartulang penyusun tengkorak.
b.
Amfiartrosis atau
Sinfibrosis (sendi kaku) adalah persendian yang dihubungkan dengan tulang
rawan, jaringan ikat serabut dan ligamen sehingga memungkinkan terjadi sedikit
gerakkan. Contohnya hubungan antara tulang rusuk
dan tulang dada.
c.
Diartrosis (sendi gerak) persendian yang
memungkinkan gerakan tulang-tulang secara leluasa. Misalnya sendi pada lutut
dan siku.
Ujung
tulang yang membentuk persendian (diartrosis) bersifat khas, yaitu berbentuk
bonggol, sedangkan ujung yang lain membentuk lekukan yang sesuai ukuran
bonggol. Setiap permukaan sendi dilapisi dengan tulang rawan hialin dan
dibungkus dengan selaput sinovial yang membentuk minyak sinovial. Minyak
sinovial atau minyak sendi ini berfungsi untuk melicinkan gerakan. Berdasarkan
arah gerak yang ditimbulkannya, diartrosis dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis sendi, yaitu:
a.
Sendi
putar (sendi guling), tulang yang satu memutari tulang
yang lain sebagai poros. Misalnya, tulang pengumpil dengan tulang hasta, tualng
atlas (tulang penyangga tengkorak) dengan tulang pemutar.
b.
Sendi
engsel, gerakannya hanya ke satu arah, seperti gerakan
pintu atau jendela. Misalnya, ruas-ruas jari, siku, dan lutut.
c.
Sendi
peluru, ujung tulang yang satu berbentuk bonggol dan ujung
tulang yang lain berbentuk lekukan yang sesuai dengan ukurannya, gerakannya
dapat ke segala arah. Misalnya, tulang paha dengan gelang panggul.
d.
Sendi
pelana , gerakan kedua arah, seperti orang naik kuda di
atas pelana. Permukaan tulang-tulang saling bergerak berbentuk datar. Misalnya sendi
antara tulang telapak tangan dengan tulang pergelangan tangan.
e.
Sendi
geser, persendian yang memungkinkan pergeseran antar
tulang. Sendi geser disebut juga sendi kepat atau sendi avoid. Contohnya pada
hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
5. Gangguan atau Kelainan Pada
Tulang
a. Gangguan
Mekanis
Gangguan
mekanis pada tulang dapat terjadi akbibat jatuh atau benturan dengan benda
keras (pukulan). Gangguan ini dapat menyebabkan hal-hal berikut.
1)
Fisura atau retak tulang, dapat
diperbaiki karena periosteum akan membentuk kalus (sambungan).
2)
Fraktura atau patah tulang, umumnya
terjadi pada tulang pipa. Apabila tulang yang patah sampai keluar kulit disebut
patah tulang terbuka, sedangkan jika tidak sampai keluar kulit disebut patah
tulang tertutup.
3)
Memar sendi, apabila selaput sendi
mengalami robek.
4)
urai sendi yaitu memar sendi yang
diikuti lepasnya ujung tulang dari persendian.
b. Gangguan
Fisiologis
Gangguan
ini mengakibatkan kelainan di antaranya berupa.
1)
Hidrocepahlus yaitu suatu kelainan yang
ditandai pengumpulan abnormal cairan spinal dan terjadi pelebaran rongga dalam
otak sehingga kepala membesar disebut juga megalochepalus.
2)
Mikrocephalus yaitu gangguan pertumbuhan
tulang tengkorak akibat kekurangan zat kapur saat pembentukan tulang pada bayi.
3)
Osteoporosis yaitu pengeroposan tulang
yang terjadi karena kekurangan hormon atau kalsium sehingga tulang mudah patah
atau rapuh.
4)
Rakhitis yaitu gangguan tulang karena
kekurangan vitamin D. Biasanya terjadi pada anak-anak dalam masa pertumbuhan.
Akibatnya pertumbuhan tulang terganggu sehingga bentuk kaki membelok keluar
(berbentuk huruf X) atau membengkok ke dalam ( berbentuk huruf O).
c. Kesalahan
Sikap
Kesalahan
sikap (misal sikap duduk) dapat mengakibatkan beberapa kelainan.
1)
Lordosis yaitu jika bagian leher dan
panggul terlalu membengkok ke depan.
2)
Kifosis yaitu jika bagian punggung
terlalu membengkok ke belakang.
3)
Skoliosis yaitu jika bagian punggung
membengkok ke kanan atau ke kiri.
d. Gangguan
Pesendian
1)
Persendian dapat mengalami beberapa
kelainan atau gangguan, di antaranya sebagai berikut.
2)
Ankilosis yaitu persendian yang tidak
dapat digerakkan seolah-olah kedua tulang menyatu.
3)
Dislokasi yaitu sendi bergeser dari
kedudukan semula.
4)
Terkilir atau keseleo yaitu tertariknya
ligamen akibat gerak yang mendadak.
5)
Artritis yaitu peradangan pada satu atau
beberapa sendi dan kadang-kadang posisi tulang mengalami perubahan. Artritis
dibedakan sebagai berikut:
a)
Gout artritis
yaitu gangguan persendian akibat kegagalan metabolisme asam urat. Asam urat yang tinggi dalam
darah diangkut dan
ditimbun
dalam sendi yang
kecil,
biasanya pada jari-jari
tangan. Akibatnya ujung-ujung ruas
jari tangan membesar.
b)
Osteoartritis yaitu suatu penyakit
kemunduran, sendi tulang rawan menipis dan mengalami degenerasi. Biasa
terjadi
karena usia tua.
c)
Reumathoid yaitu
suatu penyakit
kronis yang terjadi pada jaringan penghubung sendi. Sendi membengkak dan
terjadi
kekejangan pada otot penggeraknya.
e. Infeksi
Sendi
Kelainan tulang akibat
infeksi antara lain sebagai berikut.
1)
Artritis eksudatif
yaitu peradangan pada sendi
dan terisi
cairan nanah.
2)
Artritis sika yaitu peradangan sendi
sehingga rongga sendi menjadi
kering
(kekurangan minyak sinoval).
3)
Layuh sendi atau layuh semu
yaitu suatu keadaan
tidak bertenaga pada persendian akibat rusaknya cakraepifisis tulang anggota gerak.
4)
Nekrosis yaitu kerusakan pada cakraepifisis tulang hingga
sebagian tulang mati dan
mengering.
Kuman sifilis dan TBC juga dapat menyebabkan infeksi
sendi.
Tulang yang menyusun rangka terbuat dari
sel-sel yang berisi pembuluh darah dan saraf, dapat tumbuh dan memperbaiki
strukturnya sendiri. Dasar sel jaringan tulang kompak saling berhubungan dan
berubah menjadi tulang ketika terisi garam kalsium. Sel-sel itu tersusun dalam
suatu pola yang terpusat pada saluran yang melewatkan pembuluh darah dan saraf.
Sebagian besar jaringan tulang tersusun dari perpaduan serat kolagen dan
mineral. Kolagen memberikan kekuatan dan kelenturan, sedangkan mineral dapat
mengeraskan, tetapi bisa juga menjadi penyebab patahnya tulang.
B.
Rangka
Hewan
Sebagian besar hewan memiliki rangka
(skeleton) yang sangat kokoh , yang memberikan sokongan bagi tubuh serta
berperan dalam pergerakan. Secara umum rangka pada hewan dapat
dikelompokan menjadi dua bagian yaitu rangka dalam (endoskeleton) dan rangka
luar (eksoskeleton).
Rangka dalam dijumpai pada hewan-hewan
tingkat tinggi misalnya pada hewan-hewan golongan vertebrata seperti Mammalia (hewan menyusui), Aves (burung), Reptil (binatang melata), Amfibi(katak), dan Pisces (ikan). Fungsi rangka pada vertebrata ini sama halnya dengan fungsi rangka
pada manusia, yaitu pelindung bagi organ tubuh yang lunak, alat gerak pasif,
tempat melekatkan otot, pemberi bentuk tubuh, tempat pembuatan sel darah dan
sebagai penyokong tubuh.
Rangka luar, umumnya dimiliki oleh
kelompok hewan tingkat rendah, misalnya pada invertebrata seperti siput,
kerang, udang, kepiting, lipan, serangga, dan yang lainnya. Fungsi rangka pada
hewan tingkat rendah ini, hanya sebagai alat pelindung saja. Mungkin anda
pernah makan siput atau kerang? anda dapat membayangkan bagaimana jadinya jika
kedua hewan ini tidak mempunyai rangka luar, tubuhnya begitu lunak bukan?
Rangka luar pada kedua hewan ini dalam kehidupan sehari-hari disebut cangkang.
Kebutuhan rangka pada hewan tidaklah
mutlak. Beberapa hewan invertebrata darat dan perairan tidak memiliki rangka,
misalnya cacing tanah dan cumi-cumi. Rangka luar dalam pengertian
luas dapat berupa suatu cangkang (Cocha, Shell). Rangka luar lain,
misalnya pada bunga karang, hewan lunak (Molluska), dan Arthopoda.
Rangka luar, selain berfungsi sebagai
pelindung dan pertahanan juga dapat membatasi ukuran tubuh akhir suatu hewan.
Hal ini disebabkan oleh otot-otot dalam tubuhnya tidak dapat membesar dan
kurang kuat untuk menggerakan kerangkanya. Sebaliknya rangka dalam jauh lebih
sedikit fungsinya dalam membatasinya ukuran jauh. Oleh sebab itu beberapa vertebrata
dapat mencapai ukuran sangat besar, misalnya pada gajah, badak, kuda nil, dan
yang lainnya.
1. Rangka
Vertebrata
Rangka pada vertebrata merupakan rangka
dalam. Jaringan-jaringan penyusun rangka dapat dibedakan menjadi: Jaringan
ikat, jaringan rawan, dan jaringan tulang.
Rangka pada vertebrata dibedakan menjadi 3
bagian utama yaitu tengkorak, rangka badan, dan rangka anggota gerak.
a. Rangka Burung
Rangka
burung terdiri atas tengkorak, ruas-ruas tulang belakang, tulang-tulang dada
dan gelang bahu, tulang-tulang gelang panggul, tulang-tulang anggota dan sayap,
dan tulang-tulang anggota tubuh belakang.
Sebagian
tulang berongga dan ringan, hal ini berguna untuk mengurangi berat, terutama
pada burung-burung yang bisa terbang tinggi. Di samping itu. tulang dadanya
kuat dan besar, ini berfungsi untuk melekatnya otot-otot yang berfungsi untuk
terbang. Tulang dadanya mempunyai tonjolan-tonjolan yang disebut krista sterni
(limas tulang dada) dan tiga pasang spina sterni (taju tulang dada).
Krista
sterni terletak pada garis tengah, berbentuk pipih, dan tegak lurus pada tulang
dada. Tonjolan ini berguna sebagai tempat melekatnya otot-otot terbang. Burung
yang tidak dapat terbang tidak mempunyai krista sterni, misalnya pinguin dan
burung onta.
b.
Rangka Reptil
Selain
memiliki rangka dalam, golongan reptil memiliki penutupan tubuh yang kuat. Yang
perlu diingat penutup tubuh tidak sama dengan rangka luar.
Penutup
tubuh reptil bermacam-macam ada yang berupa kulit bersisik yang meliputi
seluruh tubuh, misalnya pada buaya, kadal, ular dan yang lainnya. Selain itu
ada pula yang bagian punggungnya mengalami penandukan hingga merupakan lapisan
tebal, atau yang mempunyai penutup tubuh berupa perisai, misalnya pada
kura-kura.
c.
Rangka Amfibi
Rangka
katak merupakan rangka dalam yang disokong bagian-bagian yang lunak. Susunan
rangka ini terdiri atas tengkorak, kerangka tubuh, dan anggota gerak. Fungsi
rangka katak seperti vertebrata lain pada umumnya yaitu untuk melindungi bagian
tubuh yang lunak, melekatnya otot dan untuk pergerakan.
Pada
fase kecebong (berudu) tulang-tulang masih lunak, kemudian pada fase dewasa
menjadi keras. Tapi sambungan antar tulang masih lunak.
d.
Rangka Ikan
Sama
seperti vertebrata lain, ikan mempunyai kerangka dalam yang terdiri atas
tengkorak, kerangka tubuh, dan anggota gerak. Kerangka tubuh terdiri atas
ruas-ruas tulang belakang dan tulang iga. Masing-masing ruas tulang belakang
terdiri atas badan ruang, duri otot dan lengkung atas.
e.
Rangka Mamalia
Hewan
menyusui (mamalia) mempunyai
tubuh yang tertutup oleh rambut dan memiliki alat gerak yang berupa dua pasang
tungkai, sepasang tungkai belakang dan sepasang tangan, atau sepasang tungkai
depan yang menyerupai sirip. Tengkoraknya terpisah dari tulang belakang dan
dihubungkan oleh tulang leher.
2. Rangka
invertebrata
Invertebrata tidak semuanya mempunyai
rangka dan yang tidak mempunyai rangka tidak akan dibahas. Rangka pada invertebrata, merupakan rangka luar (eksoskeleton).
Rangka luar umumnya berfungsi sebagai alat pelindung dan pertahanan tubuh. Bahkan
rangka ada yang terbuat dari kapur, ada juga yang terbuat dari kitin. Bahan
kapur sering ditemukan pada golongan moluska, seperti siput, bekicot, kerang, dan
yang lainnya. Sedangkan golongan serangga dan udang-udang diselubungi oleh
eksoskeleton yang bersendi-sendi, yang terdiri atas, zat kitin. Hanya pada
persendian antar segmen baik pada tubuh maupun membran yang bersifat lentur,
sedangkan bagian-bagian yang lainnya kaku.
Pada beberapa Arthropoda (binatang berbuku-buku),
skeletonnya cukup keras dan tidak dapat membesar. Oleh karenanya hewan ini
mengalami ekdisis (pengelupasan kulit) secara berkala untuk memungkinkan
terjadinya pertumbuhan. Bagian-bagian tubuhnya segera terjadi ekdisis, sebelum
selubung barunya mengeras.
C.
Otot
Manusia dan Hewan
Otot sangat
bervariasi, ada yang berbentuk lingkaran, pipih, pendek, dan panjang. Ukurannya
pun mulai dari yang sangat besar, misalnya otot deltoid yang menggerakkan bahu,
sampai yang sangat kecil seperti otot yang menggerakkan mata, panjangnya hanya
beberapa milimeter saja.
Untuk
mendapatkan gambaran kasar tentang susunan otot, marilah teliti sebentar,
katakanlah kaki seekor anak biri-biri, biasanya kerutan daging biri-biri itu berisi
beberapa otot, yang satu sama lainnya terpisah-pisah oleh sebuah pelepah yang
berwarna keputih-putihan yang disebut jaringan ikat. Terkadang jaringan ikat
ini tipis dan longgar, kadang-kadang rapat tebal. Beberapa jaringan ikat
membentuk tendon (urat daging), yaitu urat tali yang melekatkan ujung otot ke
tulang. Bagian tendon sering terlihat dalam daging. Tidak peduli berapa lama
daging ini direbus, tendon memang sukar dikunyah (tidak mudah dikunyah).
1. Jenis
Otot
Ada tiga macam
jaringan otot di dalam tubuh kita, masing-masing memiliki sel-sel yang
berlainan, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
a. Otot Lurik
Otot lurik atau disebut juga dengan otot rangka karena melekat pada rangka dan berfungsi menggerakkan rangka. Selain
dinamakan otot lurik, otot ini sering di sebut otot sadar, otot volunter, atau
otot serat lintang. Dinamakan otot sadar atau otot volunter kerena otot rangka
dapat dikendalikan oleh otak. Dinamakan otot lurik kerena apabila dilihat di
bawah mikroskop tampak adanya daerah gelap dan terang atau garis melintang.
Otot
merupakan suatu jaringan. Sel-sel bergabung menjadi serabut-serabut otot dan
serabut- serabut otot berkumpul menjadi satu kesatuan yang disebut berkas otot.
Beberapa berkas otot bergabung menjadi berkas otot yang lebih besar. Demikian
seterusnya sehingga akhirnya berbentuk satu otot
Biasanya gabungan
otot
berbentuk kumparan
dengan bagian tengahnya
menggelembung disebut empal atau ventrikel. Sementara
itu, bagian tepi gabungan otot tersebut mengecil disebut urat otot atau tendon.Tendon
terbuat dari jaringan ikat yang kuat dan kenyal, berguna untuk melekatkan otot
pada tulang. Otot lurik akan bekerja apabila ada perintah dari otak yang
disampaikan melalui saraf. Gerakannya cepat menyebabkan gerakan pada tubuh. Kontraksinya cepat, tidak teratur, dan mudah lelah.
Otot lurik dapat bergerak karena rangsang berupa panas, dingin, arus
listrik,
dan rangsang kimia.
b. Otot Polos
Pada
otot polos tidak terlihat satu helai pun garis melintang kerena tidak mempunyai
kendali apa pun terhadap gerakan-gerakannya maka otot ini dinamakan otot tak
sadar atau otot involunter. Kerja otot ini tidak dipengaruhi oleh kehendak.
Gerakannya lamban, berirama dan tidak mudah lelah. Otot polos tetap berkerja
meskipun kita sedang tidur. Otot polos terdapat pada dinding
saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan pembuluh
darah sehingga
sering disebut otot alat-alat
dalam.
c. Otot Jantung
Diberi nama otot
jantung kerena otot ini hanya terdapat pada jantung. Sel-sel menyerupai otot
lurik, tetapi kerjanya seperti otot polos. Otot ini tidak dapat dikendalikan
secara sadar, terus berkerja sepanjang waktu dengan gerakan berirama memompakan
darah ke seluruh tubuh, lamban tidak
lelah.
2. Cara Kerja Otot Rangka
Otot
berkerja dengan jalan berkontraksi. Pada waktu berkontraksi otot menjadi
pendek, mengembang dan tegang. Otot rangka hanya dapat berkerja jika mendapat
rangsangan dari saraf. Apabila sarafnya rusak otot tidak dapat berkerja. Dalam
keadaan tidak berkerja otot mengendur (relaksasi)
Otot
dapat menarik, tetapi tidak dapat mendorong. Oleh kerena itu, otot hanya dapat
menggerakkan tulang ke satu arah, misalnya membengkokkan atau meluruskan. Untuk
mengendalikan tulang ke kedudukan semula, diperlukan kontraksi otot lain yang
menarik tulang itu kembali.
Otot
dapat membengkokkan disebut otot fleksor dan otot yang meluruskan kembali
disebut otot ekstensor. Oleh kerena otot ekstensor dan otot fleksor menarik
tulang dengan cara berlawanan maka kedua
otot itu dikatakan berkerja secara antagonis. Contoh otot yang kerjanya
antagonis adalah otot bisep dan otot trisep pada lengan atas. Apabila otot
bisep berkontraksi, lengan bawah terangkat. Untuk mengembalikan lengan atas
pada kedudukan semula, otot trisep berkontraksi. Jadi, otot bisep merupakan
otot fleksor dan otot trisep merupakan otot ekstensor.
Ada
pula dua otot yang sama-sama berkontraksi atau sama-sama berelaksasi untuk
menggerakan tulang. Kedua otot ini berkerja secara sinergi. Dua otot atau lebih
yang berkerja bersama-sama disebut otot sinergis. Contohnya, otot pronator yang
ada pada lengan bawah. Kedua otot bekerja sama menggerakan lengan bawah memutar
sehingga telapak tangan telungkup atau terbuka. Contoh lainnya, otot-otot di
antara tulang rusuk.Pada waktu kita bernapas, otot-otot tersebut berkontraksi
bersama-sama sehingga tulang rusuk itu terangkat.
Otot-otot
tidak dapat berkontraksi secara terus-menerus. Setelah berkontraksi ia perlu
beristirahat untuk mendapatkan kesegaran kembali. Apabila dipaksa berkontraksi
terus-menerus, akibatnya otot akan menjadi kejang.
Jumlah
sel otot di dalam tubuh manusia tetap sama, tetapi olahraga yang teratur dapat
menambah besar ukuran tiap sel, otot akan menjadi besar dan kuat. Olahraga yang
teratur juga membuat tubuh efesien dalam
menyediakan oksigen dan glukosa bagi otot, paru tumbuh lebih besar dan jantung
berdetak lebih kuat. Makanan yang sehat juga membantu pembentukan otot, menu
seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak akan menyediakan gizi
yang diperlukan tubuh.
3.
Energi Untuk Gerakan Otot
Untuk melakukan suatu aktivitas, otot memerlukan
sejumlah energi. Energi diperolehkan dari pembakaran glukosa di dalam darah. Proses ini disebut metabolisme. Hasil
buangan dari proses ini berupa karbondioksida dan air. Ketika otot berkerja
perlahan-lahan aliran menyediakan oksigen dan glukosa untuk keperluan itu.
Di saat berkerja keras atau berolahraga, otot
menggunakan energi cukup banyak. Akhirnya bernapas lebih cepat dan jantung
berdetak lebih kuat untuk mengirimkan kebutuhan oksigen dan glukosa lebih
banyak lagi. Otot yang berkerja akan menghasilkan panas sehingga tubuh akan
terasa hangat.
Olahraga yang
membutuhkan banyak energi dapat menghabiskan persediaan oksigen. Akibatnya
untuk mencukupi kebutuhan energi, otot akan bekerja dengan cara lain, yaitu
metabolisme anaerob (tanpa oksigen) untuk membebaskan energi dari glikosa.
Glukosa banyak diperoleh dari sel-sel otot sendiri yang disimpan dalam bentuk
glikogen. Akan tetapi, metabolisme ini tidak efesien. Selain itu, metabolisme
ini akan menghasilkan asam laktat yang dapat menjadi racun bagi otot sehingga
otot terasa nyeri dan pegal.
4.
Gangguan atau Kelainan Pada Otot
Kelainan otot dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1)
Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan
kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2)
Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan
penyakit genetis dan bersifat
kronis pada otot anak-anak.
3)
Hipertrofi otot , merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4)
Hernia abdominal, kelainan
ini
terjadi apabila dinding
otot abdominal sobek dan menyebabkan usus melorot
masuk ke rongga perut.
5)
Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
6)
Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi
kejang karena bakteri tetanus.
0 komentar:
Posting Komentar